.....
Waktu menunjukkan pukul 8 pm.
“Fuuuuuh....
Akhirnya selesai juga~” kataku lega sambil merentangkan kedua tanganku ke atas.
Jelas sekali wajahku menampakkan kelegaan yang luar biasa.
“Apakah
selalu se-lega itu jika kau berhasil mengerjakan pekerjaan rumahmu?” tanya
Arrant dengan ekspresi datar dan nada meremehkan.
Oh,
tolong saja. Sampai sekarang aku tak habis pikir mengapa manusia songong satu
ini banyak penggemarnya. Betapa butanya mereka, menurutku.
“Tak
pernah selega ini” ucapku jujur. Namun tetap mempertahankan nada jutekku.
Arrant
mulai memasang ekspresi puasnya.“Itu pasti karena bantuanku, kan? Heh.”
Hah? Apa
katanya? Anak ini mau kutendang? Aku tak pernah menemui laki-laki se narsis
ini!
“Ngeh???
Apa katamu??? Hei, kau mau aku membawakan cermin untukmu? Narsis sekali kau!”
“Aku
memang penyelamat. Buktinya aku sudah berhasil membantumu mengerjakan pr
matematika mu. Kau tak perlu menghindari kehebatanku lagi.” Ucapnya dengan
penuh percaya diri. Lalu, bangkit dan sesegera mungkin keluar dari kamarku.
Bocah
ini memang memintaku untuk menendangnya. “Coba katakan lagi pada seluruh dunia!
Kau ini-“
“Arrant,
Clara. Segera turun, Mom sudah
menyiapkan makan malam untuk kalian” ujar Mom
dari lantai bawah, ruang makan. Memaksaku untuk berhenti mengoceh.
“Baiklah,
Mom” ujarku lesu sekaligus kesal karena tak sempat mengoceh tentang kenarsisan seorang Arrant Ravino. Lalu, aku
segera turun menuju lantai bawah, mengikuti langkah Arrant yang sedari tadi sudah keluar
dari kamarku.
JJJJJJ
Jam
sudah menunjukkan bahwa hari sudah semakin gelap gulita. Malam sudah hampir
melewati pergantian hari. Udara malam yang semakin dingin secara bertahap masuk
melalui ventilasi kamarku lalu perlahan menusuk kulitku. Dan oh tolong saja aku masih belum bisa tidur.
Yah,
mungkin posisi tidurku saja yang tidak nyaman. Aku membalikkan tubuhku ke kanan,
berusaha mencapai posisi paling nyaman, lalu memejamkan mataku. Tidak bisa. Lalu
membalikkan tubuh ke kiri, memeluk guling sekaligus boneka Rillakuma milikku
dengan erat, sangat erat—sampai-sampai, mungkin kalau saja Rillakuma-ku hidup,
pasti dia akan segera menendang mukaku lalu pergi dari pelukanku dan keluar
dari kamarku untuk mencari udara bebas—dan berusaha memejamkan mataku. Tidak
bisa! Aku sedikit menggeliat untuk merenggangkan otot-otot ku yang mungkin
sedikit kaku, lalu mencari posisi paling nyaman, setelah itu memejamkan
mataku—sambil berharap agar bisa tidur.
1 detik.
5 detik.
10
detik.
1 menit.
5 menit.
15
menit.
.........
TIDAK
BISA.
Oh,
bahkan aku sampai bisa menghitung waktu dari 1 detik sampai 15 menit. Apa yang
harus kulakukan??
Aku
segera bangun dan turun menuju lantai 1. Dapur. Mungkin dengan minum sedikit
(baca: banyak) susu akan membuat mataku menjadi lebih berat, dan akhirnya aku
bisa ketiduran. Bisa jadi begitu, kan?
Dengan
segera, aku membuka pintu kulkas untuk mengambil sekotak susu coklat bubuk kesukaanku
dan membuat keributan kecil di sekitar dapur rumahku. Mengotori sedikit—atau
banyak—permukaan meja makan dengan bubuk susu coklat yang akan kubuat demi
ke-ngantuk-kan mataku. Demi jiwaku yang sudah lelah—mungkin kedengarannya agak sedikit
berlebihan. Dan dalam waktu 1 menit, susu coklatku sudah berhasil kubuat. Huhuhu~
tanpa menunggu, aku segera meneguk susu coklat—yang kubuat dengan penuh
keganasan—dengan perlahan (baca: sekali teguk).
Habis. Tinggal menunggu reaksinya. Aku segera menuju kamarku tanpa menutup pintu kulkas. Peduli apa? Aku ingin segera tidur dengan puas! Huohuohuo... Ehehehe...
Habis. Tinggal menunggu reaksinya. Aku segera menuju kamarku tanpa menutup pintu kulkas. Peduli apa? Aku ingin segera tidur dengan puas! Huohuohuo... Ehehehe...
Saat
sampai kamarku, aku segera merebahkan diriku di kasur kesayanganku yang
saaaangaaaaaat empuk dan memejamkan mata. Ah, akhirnya.
“Zzzzzz... Zzzzz... Fiuh... Fiuh...”
“Zzzzzz... Zzzzz... Fiuh... Fiuh...”
Ngeh?
Tiba-tiba aku membuka mata. Ah, aku tetap tidak bisa tidur!!! Grrrr~ Eh,
tapi... sepertinya tadi aku mendengar suara tidurnya Arrant. Cih, pahal kan
kamarnya ada di sebelah kamarku. Fuh~ enak sekali dia, kedengarannya dia tidur
sangat nyenyak. Aku iri! Ahaa~ akan kuganggu dia malam ini :>
Aku segera mengatur strategi untuk mengganggu tidur
nyenyaknya.. Haha, aku akan mengganggu tidur nyenyaknya! Keputusan yang bagus
Clara Ravino, kau memang cerdas!
Aku segera
mengambil sesuatu di dapur. Setelah itu, aku kembali naik ke lantai dua—di mana
kamarku dan kamar Arrant berada. Kemudian memasuki kamar Arrant dan mengatur
derap kakiku agar tak membangunkan seorang Arrant yang sedang tertidur pulas di
kasur The Avengers jeleknya—emm,
sebenarnya bagus... Tapi karena aku tak suka dengan selera film The Avengers-nya dengan alasan tertentu,
aku juga jadi ikut mengutuk gambar bed
cover Arrant. Haha, sekarang aku sudah berada di samping kasurnya. Arrant
tidur menghadapku. Kesempatan bagus untuk mengerjainya habis-habisan! Hahaha!
Aku
mulai menelusuri wajahnya yang tampak tidur terlalu pulas. Ih, jelek. Ada apa
ya dengan mata anak-anak perempuan di sekolahku yang menganggap Arrant adalah
salah satu cowok beken di sekolah? Ah, mereka harus ke klinik mata. Aha!
Memikirkan hal itu, aku jadi punya ide yang lebih hebat! Ya, hasil dari ideku
nanti akan kuperlihatkan ke seluruh duniaaa!
Aku segera menaruh sesuatu—yang kuambil dari dapur tadi—di
meja belajar Arrant. Tak jauh dari kasurnya. Lalu berlari menuju kamarku dan
mengambil handphone pemberian ayahku
saat awal tahun kemarin. Hihii... dengan cepat aku mencari aplikasi kamera,
lalu memfokuskan lensa kamera ke wajah tengil Arrant saat tidur. Dan... Jepret!
Aku tersentak. Ah, aku lupa mematikan suara kamera dan blitz-nya! Matilah aku... T_T Tapi, aku dapat gambar wajahnya!
"eungggh...” Arrant mengerang.
Glek. Aku segera mundur 1000 langkah sampai benar-benar menyentuh dinding. Badanku mulai menegang. Oh, tidak.
"eungggh...” Arrant mengerang.
Glek. Aku segera mundur 1000 langkah sampai benar-benar menyentuh dinding. Badanku mulai menegang. Oh, tidak.